SALAWAKU, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung sejumlah isu politik termutakhir dalam pidatonya selama sekitar satu jam di perayaan HUT ke-51 PDIP, Rabu (10/1).
HUT ke-51 PDIP digelar sederhana di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Acara mengusung tema Satyam Eva Jayate, yang berarti kebenaran pasti menang.
HUT PDIP hanya mengundang 51 tamu VVIP untuk hadir di aula utama. Mereka, selain dari jajaran pengurus pusat, adalah para menteri internal partai, pimpinan Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, para ketua umum partai pengusung, dan para menteri profesional dan non-PDIP di kabinet Jokowi.
Dalam pidatonya, Mega banyak menyinggung sejumlah isu strategis, terutama soal netralitas aparat, demokrasi, pemilu, hingga relawan.
Pengamat menilai pidato Megawati sarat sindiran terhadap Presiden Joko Widodo. Dia menyinggung anggapan peran relawan dalam pemenangan di Pilpres. Mega menegaskan hanya partai yang memiliki kewenangan pencalonan presiden dan wakil presiden.
“Meskipun sama sekali tidak menyebut nama Jokowi, namun materi-materi pidato Megawati sebenarnya berisi sentilan dan pukulan politik yang dialamatkan pada pribadi Jokowi,” kata Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam, Rabu (10/1).
CNNIndonesia.com merangkum poin-poin penting pidato Megawati dalam perayaan sederhana HUT partainya, yang untuk kali pertama tidak dihadiri Presiden Joko Widodo.
Menteri-menteri ingin diundang
Di awal pidatonya, Mega menyapa beberapa tamu undangan menteri yang bukan kader partainya. Mereka di antaranya Menkeu Sri Mulyani, Menparekraf Sandiaga Uno, hingga Menteri ESDM Arifin Tasrif. Termasuk Wapres Ma’ruf Amin yang menggantikan Jokowi.
“Para menteri yang hadir di sini, supaya Pak Ma’ruf tahu, mereka ingin diundang. Jadi saya undang,” ucap Megawati.
“Ibu Sri Mulyani Menteri Keuangan yang menjadi sahabat saya sejak lama. Lalu sebetulnya Pak Basuki Menteri PUPR ingin juga datang tapi dapat tugas karena hari ini, kemarin juga ada hajatan di Pakualaman,” kata dia lagi.
Singgung kasus Boyolali
Megawati turut menyinggung kasus pengeroyokan para simpatisan partainya oleh sejumlah prajurit TNI di Boyolali, Jawa Tengah pada 30 Desember 2023 lalu. Dia prihatin terhadap kasus tersebut.
Mega heran anggota TNI tega menganiaya rakyat. Menurutnya, orang tua para anggota TNI itu juga rakyat.
“Lah, kok enak men yo, sampai bonyok gitu saya lihat yang dipukuli, lah kok mulut bisa sampe sini loh (gerakin tangan ke arah jidat), cocor, bengkak gitu,” ujarnya.
TNI-Polri diminta netral
Megawati pun mendesak TNI, Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN) menjaga netralitas selama Pemilu 2024. Menurut dia, hal itu harus dilakukan oleh TNI-Polri agar demokrasi tidak mundur.
“Di tengah arus gelombang menjaga demokrasi itulah maka kepada TNI, Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN) harus menjaga prinsip netralitas,” katanya.
PDIP besar bukan karena presiden
Megawati mengatakan partainya bisa berada di posisi saat ini bukan karena peran orang tertentu, termasuk presiden. Menurutnya, PDIP besar karena selalu bersama rakyat.
Putri Presiden RI Pertama Sukarno itu meminta agar kader tetap disiplin dan selalu terjun ke bawah bersama rakyat. Dia bahkan mengancam kader yang malas menemui rakyat tak akan dicalonkan baik di legislatif maupun eksekutif.
“51 tahun kita bisa menjadi begini bukan karena elite bukan karena presiden, bukan karena menteri. Tapi karena rakyat yang mendukung kita,” kata Mega.