Ambon, Salawaku-PP Muslimat NU bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) terus memberikan edukasi gizi kepada masyarakat.
Di provinsi Maluku khususnya kota Ambon, PP Muslimat NU dan YAICI turun langsung ke masyarakat.
Edukasi diberikan terkait konsumsi kental manis sebagai susu dan pengganti ASI eksklusif yang sebenarnya tidak layak bagi tumbuh kembang anak-anak.
Kepada wartawan di Ambon, Ketua Harian YAICI, Arief Hidayat menyampaikan edukasi penting dilakukan terutama kepada kaum ibu-ibu. Karena hingga kini minum informasi terhadap penggunaan kenyal manis sebagai susu dan pengganti ASI eksklusif yang sebenarnya sangat tidak baik bagi tumbuh kembang anak.
Hal ini dapat pula memicu terjadinya stunting.
“Kami lakukan sosialisasi kepada kader-kader Muslimat NU provinsi sampai ke kabupaten dan kota. Ini dilakukan kepada orang tua yang memang anaknya terkena stunting, serta beberapa unsur pemerintahan lainnya juga,” jelasnya.
Menurutnya persepsi masyarakat terhadap keberadaan kental manis sebagai susu tergolong tinggi di angka 97 persen.
Hal ini berdasarkan hasil survey YAICI 2018 yang mana belum ada kebijakan apapun dari pemerintah.
Hidayat menjelaskan, kurangnya edukasi sejak dini sehingga kebiasaan sejak kecil diberi makanan yang manis-manis, membuat mereka tidak ingin lagi konsumsi makanan lain karena sudah rasa kenyang.
Terkait dengan ini pula, pihaknya sudah bertemu dengan pemerintah daerah dal hal ini Penjabat Gubernur Maluku Sadali Ie.
Pemerintah Provinsi Maluku mendukung edukasi Gizi untuk masyarakat yang dilakukan oleh PP Muslimat NU dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).
Dukungan pemerintah provinsi Maluku ini disampaikan langsung oleh PJ Gubernur Propinsi Maluku Sadili Ie ketika menerima, PP Muslimat NU dan YAICI di kantor Gubernur Senin (15/7)2024).
Saat bertemu di ruang PJ Gubernur, Iapun
meminta organisasi masyarakat PP Muslimat NU berkoordinasi dengan jajarannya untuk memberikan edukasi gizi untuk masyarakat.
“Stunting di Maluku sebelumnya 26%, tapi tahun ini menjadi 28%,” jelas Sadili Ie.
Oleh karena itu, menurut Sadali dukungan kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan organisasi masyarakat seperti PP Muslimat NU diperlukan.
Pengentasan stunting di Maluku, disampaikan Sadili harus di mulai sejak dini. Sebab, salah satu penyebab stunting dan permasalahan gizi tersebut adalah kesalahan asupan makanan, baik oleh anak-anak, remaja hingga dewasa. Termasuk kebiasaan konsumsi kental manis yang masih diberikan sebagai minuman susu untuk anak.
“Termasuk kebiasaan menjadikan kental manis sebagai susu, ini juga dapat menjadi penyebab stunting. Memang ini baru, justru karena itu harus disosialisasikan,” tegas Sadili Ie.
Untuk itu ia juga meminta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk menangani hal ini.
Sementara itu, Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU dr. Erna Yulia Soefihara mengatakan PP Muslimat NU telah berkomitmen dalam mendukung upaya pemerintah untuk menekan angka prevalensi stunting.
“Kita di NU tidak hanya mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan agama saja, namun juga pendidikan dan kesehatan, seperti edukasi gizi untuk masyarakat agar masyarakat jangan sampai salah mengkonsumsi susu. Seperti kental manis ini, karena ini bukan susu yang untuk dikonsumsi anak-anak sebagai minuman susu,” jelas Erna. (NN)