Gurita Berkepala Manusia Gegerkan Warga Ambon – Warga Desa Suli, pesisir Ambon dihebohkan dengan temuan seekor gurita berkepala mirip manusia, Jumat 4 September 2015. Gurita dengan panjang satu meter lebih itu ditemukan dua nelayan, saat melaut di pesisir pantai Natsepa, dini hari pukul 01.00 WIT.
Ucok Ritawaemahu (34 tahun), salah satu nelayan penemu gurita aneh itu mengatakan awalnya mereka mengira makhluk itu sebagai cumi-cumi batu. “Karena gelap, kami pikir itu sotong batu,” kata dia. Atas alasan itu juga, keduanya memutuskan menebas kepala makhluk tersebut untuk kemudian dibawa pulang.
Tiba di rumah, barulah mereka melihat keanehan dari makhluk tangkapan tersebut. “Sesampainya di rumah, barulah kami menyadari kalau kepalanya mirip manusia, tubuhnya juga seperti ditutupi selendang,” ucap Ucok. Kini gurita aneh tersebut, yang masih berada di Desa Suli, menjadi tontotan warga dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Salahutu.
Dia mengakui, jika gurita tersebut adalah kakak kandungnya yang lahir dari rahim ibu yang sama, 53 tahun silam, di petuanan Desa Tulehu. Karena berbeda bentuk, pihak keluarga kemudian membawa gurita itu ke pesisir pantai Desa Tulehu dengan melakukan ritual khusus, supaya di kemudian hari keduanya bisa tetap saling bertemu.
Wa Rukia mengetahui, jika kakak kandungnya ditemukan warga Suli, setelah informasi temuan Gurita aneh menghebokan warga Kota Ambon. Dia, kemudian bergegas menuju Desa Suli dan mencoba mengenali gurita tersebut.
“Gurita itu kakak saya namanya Ode Marjin, saya kenal dari selendangnya dan juga permata biru yang ada di kepalanya,” kata Wa Rukia, kepada VIVA.co.id, Jumat 4 September 2015.
Dia bermaksud mengambil gurita tersebut untuk dimakamkan layaknya manusia. Wa Rukia juga menceritakan kebiasaan saudara kembarnya yang sering menampakkan diri di permukaan laut, sehingga bisa ditemukan oleh dua warga Desa Suli.
Saat itu, kata Wa Ruki, dia sedang dililit masalah dan ingin berbagi cerita dengan gurita tersebut pada pukul 12.00 WIT di Pantai Desa Tulehu.
“Karena susah, saya sering panggil saudara saya di Pantai Tulehu. Tetapi, ketika sudah dipanggil beberapa jam di tengah malam dan dicari sekitar pantai, dia tidak muncul ke permukaan. Akhirnya saya pulang. Eh tidak tahu dia bernasib lain,” kata Wa Rukia sambil menitikan air mata.