Majelis Maulid Wa Ratib Al-Husaini bekerjasama dengan DPC Rabithah Alawiyah Ambon menggelar Haul Akbar Habaib dan Masyaik Serta Para Ulama se-Maluku Bersama dengan Haul Ke-111 Alhabib Ali Bin Muhammad Alhabsyi (Pengarang Kitab Maulid Simthud-Durar) di Panti Asuhan Yayasan Melati Alkhairat, Galunggung Kota Ambon Minggu (20/11/2022). Foto: Resi Sahubawa
Ambon, SALAWAKU – Majelis Maulid Wa Ratib Al-Husaini bekerjasama dengan DPC Rabithah Alawiyah Ambon menggelar Haul Akbar Habaib dan Masyaik Serta Para Ulama se-Maluku Bersama dengan Haul Ke-111 Alhabib Ali Bin Muhammad Alhabsyi (Pengarang Kitab Maulid Simthud-Durar).
Acara yang berlangsung khidmat yang diikuti puluhan masyarakat Kota Ambon berlangsung di Panti Asuhan Yayasan Melati Alkhairat, Galunggung Kota Ambon Minggu (20/11/2022).
Kegiatan diawali dengan pembacaan Ummul Qur’an Suratual Fatiha dilanjutkan dengan Pembacaan Yasin dan Tahlil, Pembacaan Maulid Al-Habsyi, Penyampaian Managib Al Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi yang dibawakan oleh Habib Rifqi bin Idrus Alhamid dan Beberapa Ulama Maluku oleh Habib Hasan Binsyekh Abu Bakar dan penyampaian Tausiyah oleh AlUst. Nazir Rahawarin.
Turut hadir, Habib Idrus Al-Hamid, Habib Alwi Bin Simith, Habib Hasan Bin Syech Abu Bakar, Ustadz Abdurrahman Tuanaya, Ustadz Safril Majapahit, Ustadz Husein Abdul Aziz Arby, Ustadz R.R Hasanusi, Habib Muhammad Almahdly, Habib Rifqi Al-Hamid.
Ketua Panitia kegiatan Sahim Mahu dalam laporannya mengucapkan terimakasih atas kehadiran para Habaib dan Masyaik Serta Para Ulama se-Maluku.
Dikatakan, kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Majelis Maulid Wa Ratib Al-Husaini dengan DPC Rabithah Alawiyah Ambon. “Apabila selama pelaksanaan kegiatan ada kesalahan mohon dimaafkan,” kata Mahu
Habib Rifqi Al-Hamid dalam Managib Al Habib Ali Bin Muhammad Bin Husein Alhabsyi mengatakan, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi lahir di Qasam pada Jumat 24 Syawwal 1259 H/18 November 1843 M sebuah kota di negeri Hadhramaut. Pada saat usia 7 tahun, ayah Habib Ali hijrah ke Mekah bersama tiga anaknya yang lain, yaitu Abdullah, Ahmad dan Husein. Sementara itu, di usia 11 tahun, beliau bersama ibundanya pindah ke Seiwun, supaya dapat memperdalam ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai perintah Habib Umar bin Hasan bin Abdullah Al Haddad.
Di usia 17 tahun, Habib Ali pergi ke Mekah atas perintah ayahnya dan tinggal di sana selama dua tahun. Setelah itu, Habib Ali kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan ahli pendidikan. Pada usianya yang amat muda, Habib Ali telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Qur’an, serta berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu.
Sejak saat itu, ia diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah dan pengajian. Habib Ali pun langsung menjadi pusat perhatian dan memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang.
Selain aktif berdakwah, Habib Ali juga aktif menggemakan syiar Islam lewat pena. Di samping kitab Maulid Simthud Durar, ada pula karya lainnya yang disusun langsung olehnya maupun oleh murid-murid, para pengikut, dan keturunannya. Di antaranya adalah kitab-kitab kumpulan amalannya yang berisi wirid, hizib, ratib, dan lain-lain, yang sebagian besar berasal dari Al-Quran, hadits, dan amalan para ulama terkemuka.
Dua tahun sebelum wafat, Habib Ali kehilangan penglihatannya. Akhirnya pada waktu zuhur hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H/7 Februari 1915 M, di kota Seiwun, Hadhramaut, Habib Ali meninggal dunia.
Kala itu, jenazah Habib Ali disalatkan di halaman Masjid Riyadh pada keesokan harinya dan diimami oleh anak dan khalifah (penggantinya), Habib Muhammad. Jenazahnya lalu dikebumikan di sebelah barat Masjid Riyadh.
Al-Ustadz Nazir Rahawarin dalam Tausiyahnya mengatakan, para ulama terdahulu sangat luar biasa dan tidak bisa tergantikan dan sangat pantas dijadikan suri tauladan. Kehidupan mereka hanya dengan tujuan untuk bertemu dengan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Dikatakan, Allah SWT mengelompokkan manusia menjadi tiga golongan yakni orang yang menzalimi diri sendiri, orang yang berada di pertengahan, juga orang yang mendahulukan berbuat kebaikan.
“Semoga kita bisa berada di kelompok ketiga yakni mendahulukan berbuat kebaikan untuk mendapat ridho Allah SWT,” pungkas Rahawarin. (RESI)